Jika kita berbicara mengenai perkonomian Indonesia pada zaman dengan era globalisasi dan modernisasi akhir-akhir ini, banyak aspek yang mempengaruhi perkonomian Indonesia. Jika saya kerucutkan. Perekonomian Indonesia secara global dapat kita klasifikasikan kedalam bagian dari Ekonomi Makro, yang pada dasarnya titik poin yang akan kita bahas pada kali ini lebih mengacu pada sektor Fiskal dan Moneter. tak hanya dalam sektor itu saja, penulis juga akan mencoba membahas perkembangan ekonomi Indonesia dari faktor eksternal ekonomi makro yang juga mempengaruhi.
Pertama, perkembangan perekonomian Indonesia dapat dikatakan bekembang secara perlahan dengan tingkat konsistensi yang stabil. data dari Weekly Economic Commentary dari QNB Group bertajuk 'Prospek Cerah Dukung Indonesia di Tengah Gejolak Ekonomi global', yang diterima Metrotvnews.com, di Jakarta, Rabu (10/2/2016). menyatakan bahwa saat pasar saham negara-negara berkembang telah jatuh sebesar 6,5 persen pada Januari lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) justru meningkat sebanyak 0,5 persen. Sementara itu, mata uang negara-negara berkembang telah jatuh sebesar 1,7 persen, sedangkan nilai tukar rupiah menguat sebanyak 0,1 persen.
Selain itu, ada beberapa indikator lain yang membuat ekonomi Indonesia tetap mampu tumbuh dengan baik. Beberapa indikator positif ini tentu diharapkan mampu mengangkat perekonomian di Tanah Air bisa lebih baik lagi, dan nantinya berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat.
Beberapa indikator itu, pertama, pembelanjaan pemerintah meningkat, terutama pada pembiayaan investasi yang meningkat 45 persen lebih tinggi dibandingkan 2014. Investasi merupakan pemicu utama pertumbuhan di Indonesia karena dapat meningkatkan permintaan market dalam jangka pendek serta mengatasi masalah jangka panjang untuk mengurangi hambatan pasokan.
Kedua, rendahnya harga minyak, penurunan tajam pada inflasi dan stabilitas mata uang memberikan Bank Indonesia (BI) ruang guna menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 7,25 persen. Penurunan tingkat suku bunga acuan ini diharapkan bisa mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.
Ketiga, dalam menanggapi perihal kelemahan mata uang pada Agustus dan September tahun lalu, BI mengimplementasikan berbagai langkah guna menstabilkan mata uang, termasuk di antaranya adalah intervensi valuta asing serta memperketat regulasi pada pasar. Sejak akhir September, mata uang rupiah menguat sebesar lima persen. Meskipun adanya intervensi, BI tetap menyiapkan cadangan devisa. Hal ini menunjukkan defisit perdagangan diimbangi dengan arus modal masuk; animo para investor terdorong oleh membaiknya kebijakan fiskal dan moneter.
Kemudian, gencarnya usaha pemerintah untuk terus menigkatkan income negara melalui sektor penerimaan pajak. Masih banyak sektor-sektor perekonomian Indonesia yang memang belum tersentuh sama sekali dalam kewajiban terhadap pembayaran pajak pemerintahan. seperti sumber yang saya kutip dari economy.okezone.com. Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan, selama 10 tahun terakhir pemerintah telah kehilangan potensi pajak sebesar Rp500 triliun.
Potensi pajak yang mencapai Rp500 triliun tersebut berasal dari 2.000 PMA (Penanaman Modal Asing) di Indonesia yang selama 10 tahun tidak membayar pajak. Adapun, WP (Wajib Pajak) Indonesia masih belum seluruhnya taat membayar pajak. Dari lima juta WP hanya 900 ribu yang benar-benar membayar pajak dan hanya menyumbang Rp9 triliun. Kurangnya kesadaran terhadap kewajiban membayar pajak menjadi faktor terbesar dalam masalah penerimaan pajak. banyak PMA maupun WP yang acuh karena kompleksnya prosedur serta sistem pembayaran pajak.
Terakhir, Perdagangan ekspor Indonesia yang belum maksimal dikutip dari Pernyataan Bpk. Faisal Basri dalam kompasiana.com. Nilai ekspor Indonesia selama kurun waktu 2009-2014 hanya tumbuh 47 persen, jauh lebih rendah ketimbang China (95 persen) dan India (108 persen), juga lebih rendah dibandingkan tetangga dekat seperti Thailand (50%) dan Malaysia (49 persen).
Seraya tertatih-tatih melakukan penetrasi di pasar global, produk-produk impor kian merangsek pasar lokal. Pertumbuhan nilai impor Indonesia selama periode 2009-2014 tertinggi setelah China. Berbeda dengan China dan India yang pertumbuhan impor yang tinggi diimbangi dengan pertumbuhan ekspor yang tinggi pula, pertumbuhan impor Indonesia dua kali lipat dari pertumbuhan ekspornya. Pertumbuhan pesat strata menengah di Indonesia menjadi sasaran empuk produk-produk impor.
Negara-negara yang maju lebih pesat dari Indonesia ditandai oleh dominannya produk manufaktur dalam ekspor maupun impor mereka. Jadi, industrialisasi nyaris mutlak untuk memajukan kesejahteraan rakyat, karena dengan begitu meningkatkan porsi perdagangan intra-industri sebagai sumber tambahan dalam peningkatan kesejahteraan.
Dengan pemaparan data-data diatas penulis berargumen bahwa perkonomian Indonesia yang terlalu bergantung terhadap kondisi pasar dan keadaan dunia secara global. Sudah terlihat usaha nyata yang tertuju pada orientasi kemandirian ekonomi namun belum efektif terlaksana dengan baik. Penurunan suku bunga yang dapat menjadi trigger dalam meningkatkan gairah perkonomian baik lokal maupun global. Intesifitas pemerintah dalam pemungutan pajak dapat berpengaruh besar berkembangnya ekonomi Indonesia ke arah yang positif. Tentunya dengan kemudahan bagai para pengusaha dan para subjek ekonomi lokal untuk berusaha dan mendapatkan izin usaha yang mudah juga dapat berpengaruh untuk terus meningkatkan GNP Indonesia kedepannya.
Terakhir. pola pikir masyarakat Indonesia yang 'mau enaknya saja' juga perlu dibenahi. untuk mencapai peningkatan ekonomi ke arah yang baik, subjek utama juga perlu berbenah diri ke arah kemandirian. Perubahan pola pikir dan mental untuk mau bekerja keras dan berusaha disertai dengan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk bersama-sama menjadikan kehidupan menjadi lebih baik akan sangat efektif untuk Perekonomian Indonesia kedepannya. Tanpa adanya sinergi antara subjek dan objek ekonomi, maka usaha untuk terus menigkatkan Perekonomian Indonesai ke arah yang lebih baik akan mengalami stagnasi dan cenderung menurun yang malah akan menjadi masalah baru bagi Negara kedepannya.
Referensi:
- Bratadharma, Angga (2016). Perekonomian Indonesia Mulai Membaik.
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2016/02/10/482133/perekonomian-indonesia-mulai-membaik - http://economy.okezone.com/read/2016/03/21/20/1342060/2-000-investor-asing-tak-bayar-pajak-rugikan-rp500-triliun
- Basri, Faisal (2015). Refleksi Akhir Tahun: Mengapa Perekonomian Indonesia Kian Loyo? http://www.kompasiana.com/faisalbasri/refleksi-akhir-tahun-mengapa-perekonomian-indonesia-kian-loyo_56841681b793732e190d9538
0 comments:
Post a Comment